INFORMASI :

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI DESA GIWANGRETNO, KECAMATAN SRUWENG, KABUPATEN KEBUMEN

Sejarah Desa Giwangretno

Sejarah Desa Giwangretno

Sejarah Desa Giwangretno

Secara singkat dapat kami sampaikan sejarah desa Giwangretno kecamatan sruweng kabupaten kebumen dikutip dari berbagai sumber yang ada serta bukti dan kondisi fisik yang masih ada.

Pada zaman dahulu Desa Giwangretno terdiri dari 2 wilayah dukuh yang hidup berdampingan. Kelompok masyarakat, yaitu sebelah selatan yaitu Grumbul kelompok masyarakat Jimbun yang di pimpin oleh seorang tokoh masyarakat dari daerah Yogyakarta dari keturunan Mangkubumi (V) yaitu Raden Ayu Retno Wulan yang mempunyai seorang suami dari trah kraton kasunan solo yaitu Raden Tunjung Rogo Kusumo, kehidupan wilayah tersebut senantiasa hidup rukun, sejahtera walaupun pada masa penjajahan Kolonial Belanda, karena masa itu penjajah belanda tidak berani masuk dan menjajah serta mengambil upeti/pajak dari wilayah Jimbun, selain dipimpin oleh bangsawan dari Yogyakarta juga karena kehidupan warganya yang tidak terlalu banyak.

Di sisi sebelah utara, wilayah Jimbun ada sebuah perkampungan yang aman dan damai yaitu Grumbul Gumiwang, yang dipimpin oleh seorang petani yang bernama Ki Prayagati yaitu seorang petani sukses yang kaya raya, selain itu juga wilayah Grumbul/ dukuh Gumiwang menjadi jalur alternative pasuka colonial belanda menuju banteng vander wich yang ada di daerah Gombong, secara otomatis dusun Gumiwang secara ekonomi dan tata kelola masyarakat lebih maju, baik pertanian dan juga hasil pengolahan gentengnya, yang saat itu di kelola dan dibawa ke daerah sokka dibawah asuhan Jendar Assokk melalui rel kereta.

Kehidupan kedua masyarakat ini mulai bersatu saat ada gerakan perlawanan nasional yaitu pencahnya perang yang terjadi di Kali Kemit anatara Tentara Kemerdekaan melawan Belanda yang dipimpin oleh tumenggung Kolopaking IV atas nama Kerajaan Mataram. Setelah penjajahan belanda berakhir ditahun 1943, Jepang menguasai dan menjajah Bangsa Indonesia dan imbas dari penjajahan tersebut juga berdampak pada kehidupan warga masyarakat Dusun Jimbun dan Gumiwang pada saat itu Dusun Jimbun dipimpin oleh Ki Marso Taruno yaitu seorang pemuda dari daerah Solo yang tergabung dalam gerakan pembela tanah air (PETA).

Sesuai perkembangan zaman, bangsa Indonesia merdeka dan di daerah karesidenan kedu terutama didaerah kebumen terbagi dalam beberapa daerah militer yang masing-masing wilayah dibawah naungan Kawedanan, dukuh Jimbun dan Gumiwang masuk dalam wilayah Kawedanan Pejagoan, agar lebih memudahkan dalam penataan dan kemasyarakatan maka pada tahun 1945 tepatnya bulan September tanggal 22 Hari Kamis Kliwon maka atas perintah dari Kawedanan Pejagoan maka digabunglah dua wilayah yang berdekatan ini menjadi sebuah desa yaitu GIWANGRETNO, dan yang menjadi lurah/kepala desa saat itu merupakan putra asli daerah/ desa terpilih Ki Rekso Utomo dari wilayah Desa Jimbun, akan tetapi beliau hanya memegang tampuk kepemimpinan kurang lebih selama 2 (dua) tahun karena beliau menderita sakit TBC dan akhirnya meninggal (sumber dari keluarga) setelah Ki Rekso Utomo meninggal maka untuk pertama kalinya diadakan pemilihan kepala desa di desa Giwangretno dan saat itu yang terpilih adalah seorang tentara keamanan rakyat, yang kemudian mengabdikan dirinya untuk membangun Desa Giwangretno sampai akhir hayatnya.

Pada masa kepemimpinan Marsotarunodesa Giwangretno mulai berbenah dan membangun diantaranya yaitu:

1. Pasar Tengok sebagai pusat perekonomian masyarakat

2. Lapangan sebagai pusat kesehatan/hiburan serta berkumpulnya masyarakat

3. Masjid utama pokok disini tetap dibuat dua masjid utama sebagai tempat ibadah masyarakat yaitu masjid di utara untuk dusun Gumiwang dan masjid di sebelah selatan yang di dirikan atas wakaf dari Nyai Endang Biru yaitu Ibu dari Bapak Dulah Kusen yang nantinya menjadi mertua (orang tua) dari Mbah Kyai Son Haji.

4. Gedung sekolah yang berbasis pemerintah dan berbasis agama yang berbasis pemerintah di dirikan di dekat balai desa yaitu di daerah Jimbun, dan sekolah yang berbasis agama di dirikan di sebelah utara yang saat itu dekat dengan daerah pondok pesantren pimpinan Almukarrom Romo Kyai Saifi di Jabres.

5. Untuk membuka akses jalur penghubung antara desa giwangretno dengan desa-desa lain, maka dibangun jalan desa menuju selatan ke daerah trikarso dan kebarat ke daerah sidoharjo dan adimulyo.

Setelah beberapa tahun 1974 balai desa giwangretno dipindah ke posisi tengah desa yaitu di dusun gumiwang sampai dengan saat ini posisi dan letak balai desa giwangretno masih berdiri ditanah kas desa di tepi jalan utama desa antara desa giwangretno dan desa trikarso.

Tahun Kejadian Baik Kejadian Buruk

Penjajahan Masyarakat desa giwangretno menjadi pengolah/pembuat genteng dan batu bata untuk bangunan para Belanda kemiskinan dan penderitaan sangat meraja lela

1945 Penggabungan (blengketan) antara Grumbul/ Padukuhan Jimbun dan Padukuhan gumiwang menjadi desa giwangretno Masih terjadi ketertinggalan baik secara fisik atau pengetahuan

1947 Pergantian kepala desa dari rekso utomo ke marsotaruno seorang pendatang dari kota solo, pembuatan batas desa dan pendirian masjid assuada san masjid baitul mutaqqin Gagal panen karena serangan hama wereng, makanan bulgur

1963 Gerakan ABRI masuk desa, pembuatan gedung SD giwangretno kerja bakti pembuatan jalan desa Gagal panen, hama wereng dan penyakit

1965 Gestapu masyarakat desa giwangretno bebas dari gerakan G 30 SPKI Menjadi daerah operasi militer penangkapan anggota PKI di desa yang lain

1975 Pembuatan saluran irigasi/sungai sempor pemindahan gedung balai desa dari dukuh Jimbun sebelah selatan ke tengah desa, penyertifikatan tanah dari agraria, pembuatan wilayah RT,RW, dan dusun, serta pembuatan blok sawah dan peta desa giwangretno Banjir dikarenakan waduk sempor jebol, gagal panen dan peceklik

1985 Pemilihan kepala desa giwangretno, terpilih menjadi kepala desa Bpk. Agus Sugeng, pembangunan pasar tengok sekaligus peralihan hak dari pasar desa menjadi pasar milik pemda kebumen, pembuatan lapangan sepak bola Pelepasan ha katas tanah pasar dari pasar desa menjadi pasar milik pemda kebumen

1993 Pemilihan kepala desa, terpilih Bpk. Tukidjo, pengukuran tanah dan luas wilayah desa giwangretno dari darat dan sawah Nihil

2003 Pemilihan kepala desa terpilih Bpk. Sukarso, pembangunan masjid baitul mutaqqin Jimbun, pengaspalan jalan poros desa Kontrofersi perubahan masa jabatan kepala desa dari 8 tahun menjadi 5 tahun

2008 Pemilihan kepala desa terpilih Bpk. Nurbowono, pemindahan gedung TK Darmawanita ketanah desa, pembuatan gedung paud dengan program PNPM perdesaan Nihil

2013 Pemilihan kepala desa terpilih Bpk. Tamrin Uzianedi, penilaian lomba desa menjadi juara 1 TK kabupaten kebumen, pembuatan gedung balai desa, pengadaan mobil desa untuk warga miskin Terjadi kontrofersi terkait normalisasi lahan sawah

2019 Pemilihan kepala desa terpilih Bpk.Nurbuwono

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

Pemkab Kebumen Raih Penghargaan literasi Nasional dari Nyalanesia
Konsen Beri Perlindungan Terhadap PMI, Pemkab Kebumen Dapat Penghargaan dari Kemenlu
Bupati Kebumen Siap Tindaklanjuti Rekomendasi dari DPRD Atas LKPJ 2023
Pemkab Kebumen Raih Penghargaan BKN  Terkait Pertek Pegawai Pensiun
POPDA Se Karesidenen Kedu Resmi Dibuka di Kebumen, Diikuti 834 Peserta

Arsip Berita

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2

Polling 3